Aku
“1 Mimpi butuh sebuah keyakinan, dan keyakinan itu harus didukung oleh paksaan
untuk melangkahkan kaki ini “
Alhamdulillah, setelah 2 tahun memimipikan untuk menghirup
kesegaran kesejukan dan dinginnya udara puncak, akhirnya akhir pekan lalu
tepatnya 6 oktober 2012, pukul 03.30 wib diri ini serasa seperti dalam game, rasa
enggan berhasil terkalankah oleh sebuah tekad dan kemauan yang tinggi. Tentu
tidak bermodal niat saja namun juga satu langkah kaki ini, yang berhasil
membangunkan diri dari rasa lelah, kantuk dan juga ketakutan. I’M SURE !!! Satu
pintu telah terbuka. Sebagai tanggung jawab penghuni kontrakan muslimah,
seorang perempuan yang ingin menjadi perempuan- perempuan yang shalihah selain
dituntut menjalankan kewajiban akhirat juga menjalankan kewajiban duniawi,
segera langkah kecil ini mendobrak semuanya, dilangkahkan untuk segera
menjalankan kewajiban untuk memberikan sesuap nasi untuk kawan – kawan di
kontrakan tempat tinggal, bermodal keyakinan dan bahan seadanya, akhirnya nasi
pecel dan omelet organik pun tersaji di meja makan. I’M SURE!!! Dua pintu telah
terbuka. Tak lupa untuk bersujud dihadapan Sang Pencipta, memanjatkan rasa
syukur dan selalu berdoa agar mimpi- mimpi ini tak sebatas keinginan ataupun
tulisan saja, yang paling penting tak lupa mendoakan Ayah, Ibu, Mbak ku
tercinta dan saudara-saudara ku di jalan dakwah ini. Jalan di Ketawanggede tak
seperti 10 jam yang lalu, yang berlalu lalang anak- anak rantauan yang sibuk
mencicipi dari warung lalapan satu ke warung lalapan yang lainnya. Hanya
sendiri dan ditemani sepedah motor S 4958 BB, disini rasa ketakutan mulai diuji
belum lagi sampai di depan Malang Town Square terpampang Baliho acara berbau
mistis Foto Mas Pocong, Mbak Kunti dan teman- temannya, mereka seperti bangga
Foto keluarga mereka dipampang di depan pejalan kaki . I’M SURE !!! Tiga pintu
telah terbuka. Ada hal yang terlihat seperti 3 bulan yang lalu, stasiun Kota
Malang terlihat seperti pasar yang sedang diskon 75 %, subhanallah belum
terdengar adzan subuh para penumpang begitu sabar menunggu giliran pembelian
tiket kereta. Belum sampai di rumah Mbak, di depan gang rumah Mbak berdiri 2
orang pemuda sambil menikmati hisapan- hisapan puntung rokonya, bukan rasa
takut yang bersemayam dipikiran ini tapi rasa kesal kenapa pagi- pagi sudah mencemari
udara dengan asap- asap rokonya, akhirnya dengan santailah meminta ijin untuk
memasuki gang, “Nyuwun sewu mas,.”. Berangkatlah dengan membonceng Mbak dengan
kecepatan xx , menebus fajar dan dinginnya udara, subhanallah para Bapak, Ibu,
Kakek, Nenek “tak ada pemuda” disini berjalan menuju surau. Dan adzan pun
berkumandang, roda motor kembali menepi dan bersegera menjalankan kewajiban
seorang muslim, hanya ada 1 shaff perempuan dan tak jauh beda dengan apa yang
ku temui di jalan tadi permpuan yang sudah dipanggil ibu dan neneklah yang
mengisi shaff. Usai shalat mulailah melanjutkan perjalanan, berharap semoga
bisa menikmati Sun Rise diatas puncak. Jalan untuk mecapai tujuan seperti yang
sudah terbayangkan - naik turun – Hal yang biasa seperti saat perjalanan ke
Kota Batu, namun ada jalan yang likunya sanagat tajam tak jauh beda dengan Gungun
Gumitir- Jember. I’SURE !!! Empat pintu telah terbuka. Bergaya seolah seperti
Lorenzo tikungan tajam itu pun berhasil terlewati. Walaupun sepanjang jalan
terpampang papan menuju lokasi namun masih ada kekhawatiran akankah ini
tersesat, Subhanallah,… akhirnya sampai. Hamparan tanaman Teh berhasil menghijaukan
pikiran J dan sangat sejuk, mungkin hal yang
biasa bagi orang yang tinggal di puncak tapi bagi orang yang termibasa tinggal dengan
asap kendaraan bermotor akan menjadikan amazing bisa menikmati kesejukan dan
keindahan tempat ini. Ya,. Argowisata Wonosari yang sebenarnya masih tutup ,
namun petugas mengijinkan masuk dan mengratiskan tiketnya, mungkin karena
kedatangan yang tidak sewajarnya pukul 04.45 WIB waktu Lawang- Malang atau mungkin karena seperti penduduk disana yang lengkap dengan sarung tangan. Terlihat para
petani berbondong- bondong menuju lokasi tempat brifing pagi, dan berbunyilah
sirine yang menandakan petani harus ke lokasi petakan- petakan tanaman teh
masing- maisng. Bersama Sang Matahari yang akan menampakan rona kecerahannya aku
dan Mbak ku akhirnya bisa menikmati Sun Rice dengan ditemani beberapa gorengan yang
dijula hanya Rp 500 , Subhanallah,. Sungguh pagi yang indah Hangat dan
bersahabat, tidak hanya hamparan tanaman teh yang berhasil mensejukan tubuh ini
namun aroma cemara yang berderetan sepanjang jalan. Membuat pikiran ini
menambah 2 impian lagi, akan segera kembali disini mengajak saudaraku yang
sedang jenuh dengan permasalahan dakwah serta jenuh karena kemacetan di kampus
yang setiap tahunnya semakin macet dengan pengguna roda dua atau empat dan
impian kedua bisa tinggal di daerah yang seperti ini. Alhamdulillah waktu satu
jam cukup untuk menikmati keindahan perkebunan
teh ini, bermodal Rp 5000 akhirnya bisa menikmati kebun teh. Selanjutnya kembali ke tempat perantauan ku, Malang I’M COMING
because I’M READY , I’M SURE..
Stasiun Kota Baru Malang Sabtu,6 Oktober 2012 Pukul 03.35 Tak ada alasan untuk sebuah kemalasan, semuanya bisa dilawan asalkan niat dan satu langkah untuk bergerak
Pucuk daun yang muda akan dimanfaatkan, seperti genarasi muda yang diharapkan bermanfaat untuk bangsa ini
Tenggelam diantara tanaman teh*terlihat kecil, masalah akan terlihat kecil jika kita yakin kita bisa menyelesaikannnya, dan yakin Allah akan menolong melalui saudara-saudara kita disekitar, jaga selalu Ukhuwah ini
Sepatu yang akan membawa langkah kaki ini untuk meraih impian, sebuah mimpi akan hilang begitu saja saat kita tidak mau melangkah
Kebun teh di Malang- Jawa Timur, Bandung ? I'M SURE.. !!! - melihat bersama keluarga -
Matahari akan datang pada saat yang tepat dan melaksanakan tugasnya sebagai sumber energi, belajar menghargai waktu dan menerima serta melaksanakan amanah sebaik mungkin
Alhamdulillah, walau hanya mimpi yang tidak begitu besar "sederhana", tapi whatever lah. It's amazing, sebagai tangga untuk membuka pintu meraih mimpi- mimpi yang lebih besar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar