Aku Rindu Zaman Itu
Sumber gambar : http://pks-jepang.org/sang-murabbi/
Aku rindu zaman ketika “halaqoh”
adalah kebutuhan,
bukan sekedar sambilan apalagi hiburan
bukan sekedar sambilan apalagi hiburan
Aku rindu
zaman ketika “membina” adalah kewajiban,
buka pilihan apalagi beban dan paksaan
buka pilihan apalagi beban dan paksaan
Aku rindu
zaman ketika “dauroh” menjadi kebiasaan,
bukan sekedar pelengkap pengisi program yang dipaksakan
bukan sekedar pelengkap pengisi program yang dipaksakan
Aku rindu
zaman ketika “tsiqoh” menjadi kekuatan,
bukan keraguan apalagi kecurigaan
bukan keraguan apalagi kecurigaan
Aku rindu
zaman ketika”tarbiyah” adalah pengorbanan,
bukan tuntutan dan hujatan
bukan tuntutan dan hujatan
Aku rindu
zaman ketika “nasihat” adalah kesenangan,
bukan su’udzon atau menjatuhkan
bukan su’udzon atau menjatuhkan
Aku rindu
zaman ketika kita semua memberikan segalanya untuk da’wah ini
Aku rindu
zaman ketika “nasyid ghuraba” menjadi lagu kebangsaan
Aku rindu
zaman ketika hadir “liqo” adalah kerinduan,
dan keterlambatan adalah kelalaian
dan keterlambatan adalah kelalaian
Aku rindu
zaman ketika malam gerimis pergi ke puncak mengisi dauroh
dengan ongkos ngepas dan peta tak jelas
dengan ongkos ngepas dan peta tak jelas
Aku rindu
zaman ketika seorang ikhwah benar-benar “jalan kaki 2jam” di malam buta
sepulang tabliqh da’wah di desa sebelah
Aku rindu
zaman ketika akan pergi liqo selalu membawa uang infak, alat tulis, buku
catatan dan Qur’an terjemahan ditambah sedikit hafalan
Aku rindu
zaman ketika seorang binaan menangis karena tak bisa hadir di liqo
Aku rindu
zaman ketika tengah malam pintu depan diketok untuk mendapat berita kumpul
subuh harinya
Aku rindu
zaman ketika seorang ikhwah berangkat liqo dengan ongkos jatah belanja esok
hari untuk keluarganya
Aku rindu
zaman ketika seorang murobbi sakit dan harus dirawat,
para binaan patungan mengumpulkan dana apa adanya
para binaan patungan mengumpulkan dana apa adanya
Aku rindu
zaman itu,
Aku Rindu
. . . .
Ya Allah..
Jangan Kau buang kenikmatan berda’wah dari hati-hati kami
Jangan Kau jadikan hidup ini hanya erjalan di tempat yang sama
Jangan Kau buang kenikmatan berda’wah dari hati-hati kami
Jangan Kau jadikan hidup ini hanya erjalan di tempat yang sama
(alm
KH.RAhmat Abdullah, Alllahu Yarhamhu)
~Semoga
kita dapat ‘kembali’ ke *zaman itu* .amiin.~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar