Kritikan, saran, pujian, senyuman dan tangisan
dari orang tua, dosen, saudara, sahabat atau teman akan melatih kita untuk
lebih dewasa, namun yang paling besar adalah sikap kemandirian dari diri kita.
Tidak ada hasil tanpa adanya tindakan, entah hasil tersebut akan membuat
kepusan ataupun ketidak puasan dari diri kita. Dan adapun tindakan yang kita
pilih, entah kita akan diam menunggu sebuah hasil atau bergerak.
Tepat bulan Oktober tahun lalu, saya harus
sering mengunjungi salah satu Bank di Brawijaya. Saya mendapatkan kabar dari
Ketua Tata Usaha Jurusan Biologi karena saya belum mengumpulkan bukti
pembayaran KKN (Kuliah Kerja Nyata). What??? Saya akan diam dan menerima pernyataan
dari TU Biologi? Atau menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya? Atau memilih
jalan yang berat, bergerak untuk menyelesaikan persoalan ini? . Hehehe, pekan
pertama masih saya abaikan. Namun, ketika Ibu IDA/ Kepala TU Biologi memanggil
saya ketika hendak memasuki ruangan kuliah. Aish,.. dari mana Ibu ini tahu
kalau saya mahasiswa yang memiliki nama terpampang di papan pengumuman. Dengan
pelan Beliau (Gaya khas seorang ibu mendidik anak kandungnya) menjelaskan
pentingnya bukti pembayaran tersebut. Baik Ibu, sepulang kuliah ini saya akan
memiminta copy bukti pembayaran ke Bank dan besok akan saya haturkan ke Ibu :D
. Towweeng …
Seperti saat menjahit, ada kalanya jarum akan
masuk dan keluar, ada kalanya pula benang untuk menjahit habis dan harus disambung
agar hasil jahitan bisa terselesaikan. Namun, sering juga terasa sakit ketika
tak sengaja tertujuk jarum. Kehidupan saya juga demikian kadang saya merasa
percaya diri sehingga saya berani untuk mengeluarkan pendapat atau bahkan omong
kosong saya. Kadang pula saya bersembunyi merasa takut dengan sebuah hasil yang
menegcewakan atau bahkan kemalasan saya. Terasa sakit ketika ada saudara saya
yang menangis karena sebuah problema atau bahakan karena saya mendapatkan
kritikan dari seseorang.
Dari pihak Bank yang bersangkutan, tidak bisa langsung memberikan karena
transaksi yang dilakukan sudah terlalu lama, jadi harus menunggu waktu beberapa
hari. Saya tinggalkan nama, no hp, nim, alamat kost, tanggal transaksi, waktu
transaksi, nominal rupiah dan tujuan transaksi saya. Mungkin ini akhibatnya
ketika saya hanya mementingkan sebuah hasil, saya merasa sedikit kecewa dengan
seseorang yang menghilangkan bukti pembayaran saya. Karena hasil yang saya
dapatkan hari itu Nihil maka dengan emosi kemarahan munculah perasaan kesal
itu. Saya ceritakan kronologi sebenarnya ke Kepala TU jurusan, sedikit ada
tangisan dari saya ketika satu bulan saya mendapatkan sms “Maaf, Saudari
Nurizza kami dari pihak Bank ….. tidak menemukan nama anda pada tanggal, waktu
tersebut. Mohon priksa kembali tanggal, waktu dan teller saat pemabayaran”
Karena posisi saya saat mendapatkan sms tersebut sedang berada diperjalanan
menuju Surabaya jadi saya tidak bisa langsung kembali ke Bank untuk memastikan
kembali. Akhirnya keluarlah keputusan dari TUJurusan, meminta saya agar
membayar kembali sebagai solusi terakhir. Woow.. bukan masalah nominalnya, tapi
apa tidak terlalu mubadzir ketika saya membayar dua kali lipat pembayaran KKN
:D. Oke saya kembali ke Bank, tapi sebelumnya teman saya menyarankan untuk
membicarakan ke Dosen Koordinator KKN. Yaahh .. Dosen saya meminta saya untuk
mecari teman saya. Aduuuh,. Bener juga sih tapi dengan meminta tanggung jawab
ke teman saya apa akan terselesaikan??? Pasti teman saya akan dimita untuk
membayar uang KKN saya, sebagai tanggung jawab. Terlalu mubadzir bagi saya,
akhirnya solusi terakhir dari Dosen saya untuk mendatani langsusng ke Pimpinan
Bank tersebut. Okelah detik – detik memasuki Bank. Saya menyiapakan catatan
kecil yang mau saya bicarakan dengan Pimpinan Bank tersebut. Lagi dan lagi
hasilnya Nihil, saya diminta untuk menunggu. Serasa meminum obat. Saya rutin
mengunjugi Bank tersebut, sambil merasakan sofa yang empuk, rauangan berAC dan
FTV SCTV.
Saat mahasiswa berceloteh di media sosial karena gangguan SIAM UB.
Beberapa teman saya, memeberikan pesan ke saya “ Za,. Kelompok kita dapat nilai
A tapi kok di nama mu belum ada nilanya ya”. “Assalamu’alaykum wr.wb. Nurizza …
gmn kabar? Aq liat di rekapan nilai di Jurusan kok nilai KKN mu gak keluar za?
Belum selesai ta za urusan k Banknya?”. “Nuriizza,. Kenapa nilai KKN mu belum
keluar”. Haii.. haii.. posisi senadang Field Trip terganggu saat mendapatkan
beberapa info terkait nilai saya yang tidak keluar. Gimana IPK semester ini?SKS
semester depan? Apa saya harus bayar lagi? Atau ada solusi lain?. Mau lihat
SIAM?? Lagi ada gangguan.. mau telephone teman untuk memastikan?? Lagi ramai
ramainya di kendaraan umum. Skip.. Keesokan harinya saya merasa putus asa untuk
mengunjungi Jurusan. Tapi karena rasa rindu dengan teman saya, akhirnya dengan
arah yang sibuk melihat foto dari field trip saya masuk ke Ruang Baca dan
bertemu teman saya. Amaann… Saat mendengar adzan dan bersegera untuk shalat.
Teman teman saya sengaja memanggil nama saya saat melewati ruang TU. Waahh … masih
belum siap kalau harus menjawab pertanyaan dari Ibu Ida. Hari berikutnya juga
saya hanya menghabisakan waktu untuk hal lainnya. Ketika melewati Ruang TU saya
menyibukkan diri dan mempercepat langkah. Ini lah hasilnya ketika tidak ada
tindakan yang benar, nilai saya tetap tidak akan berubah. Mengambil tindakan
untuk menghubungi teman saya agar bertanggung jawab? Mendatangi bank lagi?
Menagis ke TU/ Dosen atau bahkan Kajur untuk tidak memepermasalahkan bukti
pembayaran tersebut? Atau bahkan menerima nilai kosong. Saatnya saya menghapus
semua itu. Saya takut, cemas dan kesal, perasaan negatif itu membuat keberanian
semakin tertimbun. Inilah manfaat saya memilih bersahabat dengan orang yang
tidak sibuk dengan urusan duniawi. Ketika saya mencurakahan curahan hati saya
ke Sang Pencipta muncul sebuah ide untuk mengkonsultasikan ke Pembantu Dekan I.
Alhamdulillah, Ya Allah .. Nahh loo ketika sebuah ide sudah terikat tapi rasa
kepercayaan diri terlepas. Teringat ketika beberapa hari memeberikan taujih
salah satu mutarobbi tentang seorang muslim itu harus percaya diri. Wuih..
ringan ternyata ketika hanya menyampaikan dan berat ketika melaksanakannya.
Okee hari pertama saya hanya berani duduk diantrian dengan mahasiswa lain untuk
bertemu dengan Bapak Ari. Aduh.. hanya bertemu saja saya merasa bingung, takut
dan malas. Hari keduanya saya siap dengan persiapan yang saya bawa sebuah buku, untuk menjaga
kejenuhan mengunngu antrian untuk konsultasi. Dingdong … tidak ada mahasiswa yang
duduk di ruang tunggu. Dengan satu kalimat “ Bismillah Ya Allah, Keberanian
untuk sebuah hasil “ saya masuk dan ..Dingdong lagi… Beliau sangat ramah, Lets
Go.. setelah mendengar kronologi cerita saya. Beliau dengan menyebut nama saya
(Serius, saya suka dengan kepemipinan yang seperti ini) mengantarkan saya ke
seorang wanita yang mengurusi bagian keuangan di Fakultas. Slip, Slip … mungkin
Si Mbak lagi ada masalah dengan seseorang jadi saya sempat kena kritikan pedas.
Pelajaran lagi, ketika saya akan belajar keramahan dari Bapak PD I dan siap melayani
siapa saja tapi ketika tidak tahan dengan sebuah kritikan tampaknya saya akan
menajdi Akhawat Cengeng. Jadi, bukan hanya jiwa perhatian yang tinggi saja atau
keramahan saat bertemu dengan seseorang tapi juga harus tahan dengan sebuah
kritikan, tidak ada kritikan yang pedas sebuah kritikan adalah nasihat secara
tidak langsung agar kita lebih baik kedepannya. Alhamdulillah Ya Rab,. Setelah
saya mendapat note tembusan dari bagian keuangan Fakultas saya memberikan ke
Ibu Ida agar nilai KKN saya bisa diproses dan inilah sebuah hasil dari
pengorbanan selama empat bulan ini. Tidak ada lagi sms dari Teller Bank, JBUB
Center, tundukan ketika melewati ruang TU Jurusan, tidak ada yang dirugikan
baik pihak teman saya dan saya (tidak ada pembayaran dua kali :D). Mengambil
sebuah hikmah dari sebuah permasalahan agar lebih dewasa. Karena kedewasaan itu
mandiri, maka diri sendirilah yang menentukan. Bertindak untuk diam atau
bergerak. Namun tindakan untuk keberanian bergerak adalah yang terpenting untuk
sebuah hasil. Entah hasil itu mengecewakan atau tidak. Percayalah itu yang
terbaik. Menikmati sebuah proses dan mengambil sebuah hikmah dari proses menuju
hasilnya. “ Keberanian untuk Sebuah Hasil” dan
tidak ada keberanian tanpa tindakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar