Selasa, 01 April 2014

Pesan Sang Murobbi

Aku Rindu Zaman Itu


Sumber gambar : http://pks-jepang.org/sang-murabbi/

Aku rindu zaman ketika “halaqoh” adalah kebutuhan,
bukan sekedar sambilan apalagi hiburan
Aku rindu zaman ketika “membina” adalah kewajiban,
buka pilihan apalagi beban dan paksaan
Aku rindu zaman ketika “dauroh” menjadi kebiasaan,
bukan sekedar pelengkap pengisi program yang dipaksakan
Aku rindu zaman ketika “tsiqoh” menjadi kekuatan,
bukan keraguan apalagi kecurigaan
Aku rindu zaman ketika”tarbiyah” adalah pengorbanan,
bukan tuntutan dan hujatan
Aku rindu zaman ketika “nasihat” adalah kesenangan,
bukan su’udzon atau menjatuhkan
Aku rindu zaman ketika kita semua memberikan segalanya untuk da’wah ini
Aku rindu zaman ketika “nasyid ghuraba” menjadi lagu kebangsaan
Aku rindu zaman ketika hadir “liqo” adalah kerinduan,
dan keterlambatan adalah kelalaian
Aku rindu zaman ketika malam gerimis pergi ke puncak mengisi dauroh
dengan ongkos ngepas dan peta tak jelas
Aku rindu zaman ketika seorang ikhwah benar-benar “jalan kaki 2jam” di malam buta sepulang tabliqh da’wah di desa sebelah
Aku rindu zaman ketika akan pergi liqo selalu membawa uang infak, alat tulis, buku catatan dan Qur’an terjemahan ditambah sedikit hafalan
Aku rindu zaman ketika seorang binaan menangis karena tak bisa hadir di liqo
Aku rindu zaman ketika tengah malam pintu depan diketok untuk mendapat berita kumpul subuh harinya
Aku rindu zaman ketika seorang ikhwah berangkat liqo dengan ongkos jatah belanja esok hari untuk keluarganya
Aku rindu zaman ketika seorang murobbi sakit dan harus dirawat,
para binaan patungan mengumpulkan dana apa adanya
Aku rindu zaman itu,
Aku Rindu . . . .
Ya Allah..
Jangan Kau buang kenikmatan berda’wah dari hati-hati kami
Jangan Kau jadikan hidup ini hanya erjalan di tempat yang sama
(alm KH.RAhmat Abdullah, Alllahu Yarhamhu)

~Semoga kita dapat ‘kembali’ ke *zaman itu* .amiin.~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar